Rabu, 02 Mei 2012

STRATEGI PEMBELAJARAN PKn SEKOLAH DASAR

SEMANGAT BELAJAR

Latar Belakang


Dalam melaksanakan pembelajaran PKn di Sekolah Dasar, guru perlu mengembangkan  startegi/taktik yang tepat,  dengan pendekatan-pendekatan dan mode-model belajar yang akan diterapkan serta didukung oleh metode dan media yang efektif. Hal ini akan membantu guru dalam memahami dan membantu siswa untuk berlatih mengamalkan nilai moral Pancasila dan budi pekerti yang dipelajari di sekolah. Dari sekian banyak pendekatan dan model serta metode pembelajaran,  perlu dipilih beberapa pendekatan dan  model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan siswa Sekolah Dasar (SD) serta sifat tujuan yang ingin dicapai dari proses pembelajaran PKn di SD.

A. Pendekatan PKn SD


Pendekatan dalam pembelajaran PKn pada prinsipnya lebih mengarah kepada pengembangan kurikulum atau pengorganisasian isi materi pelajaran. Ada delapan pendekatan, yang menurut Douglas Suparka (dalam Martorella, 1996) dapat digunakan dalam pembelajaran PKn, yaitu:

1.    Evokasi (kesempatan), pendekatan ini menekankan pada inisiatif siswa untuk mengekspresikan dirinya secara spontan yang didasarkan pada kebebasan dan kesempatan. Pendekatan ini sering dihadapkan pada kendala kultural dan psikologikal, terutama pada masyarakat yang masih eksklusif.

2.    Inkulkasi (menanamkan), pendekatan ini didasarkan pada sejumlah pertanyaan nilai yang telah tersusun oleh guru. Tujuannya untuk mempengaruhi dan mengarahkan  siswa pada simpulan nilai yang sudah direncanakan.

3.    Kesadaran, adalah bagaimana mengungkap dan membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai tertentu yang ada pada dirinya atau orang lain. Kesadaran iktu akan tumbuh menajdi sesuatu yang menumbuhkan kesadaran tentang nilai atau seperangkat nilai tertentu.

4.    Penalaran moral, dimana siswa dilibatkan dalam dilema moral sehingga keputusan yang diambil terhadap dilema moral harus dapat diberikan alasan-alasan moral yang rasional.

5.    Analisis Nilai, suatu pendekatan yang mengajak siswa untuk mengkaji dan menganalisis nilai yang ada pada suartu media stimulus yang telah disiapkan guru dalam pembelajaran PKn.

6.    Pengungkapan nilai, adalah upaya meningkatkan kesadaran  diri (self awareness) dan memperhatikan diri sendiri, bukan pemecahan masalah. Pendekatan ini membantu siswa untuk menemukan dan memeriksa nilai mereka untuk menemukan keberartian dan rasa aman.

7.    Komitmen, mengarahkan dan menekankan pada seperangkat nilai yang akan mendasari pola piker setiap guru yang bertanggung jawab. Terhadap pendidikan nilai dan moral. Dalam PKn yang menjadi komitmen dasarnya adalah nilai dan moral Pancasila dan UUD 1945.

8.    Memadukan, menyatukan diri siswa dengan pengalaman dalam kehidupan riil yang dirancang oleh guru dalam proses pembelajaran. Proses menyatukan ini dimaksudkan agar siswa benar-benar mengalami secara langsung pengalaman-pengalaman yang dirancang oleh guru memlaui berbagai metode yang sesuai, seperti: metode partisipatori, simulasi, sosiodrama, studi proyek.

Sebagai pendidikan nilai, dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dituntut untuk:
1.    Lebih mengenali dan memahami nilai-nilai inti pribadi dan masyarakat
2.    Ber-inkuiri (filosofis dan rasional) terhadap nilai-nilai tersebut
3.    Mencoba dan menumbuhkan respon afektif dan emotif terhadap nilai-nilai tersebut
4.    Membuat putusan tentang tindakan yang paling tepat atas dasar inkuiri dan respon.

Guru perlu mempertimbangkan startegi yang tepat dalam pembelajaran PKn, dari beberapa pendekatan dan model yang akan diterapkan. Hal ini akan membantu guru dalam memahami Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan sekaligus membantu siswa untuk mengamalkan nilai moral Pancasila dan budi pekerti yang luhur, yang dipelajari di sekolah. Dari beberapa pendekatan dan model pembelajaran perlu dipilih yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan siswa, sehingga proses pembelajaran lebih bermakna.

Untuk menjembatani pemahaman tentang hubungan antara perasaan (feeling), pemikiran (though), dan tindakan (action) moralitas seseorang, perlu dikembangkan model pendidikan moral yang efektif. Semua model pembelajaran PKn  biasanya mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan proses yang terpisah antara caring, judging dan acting. Pemahaman secara umum terhadap ketiga proses tersebut (caring, judging, acting) akan membantu seorang guru dalam memahami model belajar secara efektif, yaitu:

1. Caring (perhatian), adalah istilah yang menunjukkan perilaku seseorang untuk menolong atau memperhatikan orang lain. Seseorang yang terdorong untuk membantu, memperhatikan dan memikirkan  orang lain berarti juga memperhatikan kebutuhan atau minat atau perhatian orang lain yang membangkitkan kepedulian terhadap orang lian. Istilah itu juga mengandung suatu tingkat pemahaman social dan psikologikal tertentu. Memperhatikan dengan menolong orang lain yang dodorong oleh suatu tingkat perasaan tertentu sebenarnya tidak cukup dengan hanya merasakan kebutuhannya, akan tetapi hal itu juga menyangkut nkemampuan untuk mengetahuidan menyimpulkan kebutuhan dan minat orang lain.

2. Judging (Pertimbangan), adalah proses menilai dan mempertimbangkan yang tidak lepas dari nalar ( reasoning) walaupun antara keduanya harus dapat dibedakan. Dengan penalaran (reason though) atau pertimbangan (judge) sebuah moral sering menempatkan kesejahteraan orang lain menjadi taruhannya. Memang harus mempertimbangkan berbagai pihak yang terlibat dalam keputusan /penalaran kita. Misalnya “membunuh seseorang demi kepentingan negara” memerlukan kemampuan untuk membuat keputusan di antara berbagai bayangan tentang “baik” dengan penafsiran tandingan dengan yang“benar”. Dalam membandingkan antara caring dan judging itu seseorang akan diahadapkan pada pertimbangan nilai (value judgment ) yang mengandung alasan (reasoning). Namun sesuai dengan sifatnya, alasan tidak dapat diterapkan dalam satu kasus tertentu. Seperti pendapat yang menyatakan bahwa “ membunuh orang adalah salah” tetapi bagaimana halnya dengan “membunuh untuk membela diri”. Oleh karena itu pertimbangan moral memerlukan kemampuan untuk menilai minat yang saling bertentangan berdasarkan dasar/prinsip dan criteria yang konstan.

3. Acting ( tindakan ), adalah bukanlah sesuatu yang bersifat moral atau immoral, di luar dari motivasi  atau pertimbangan seseorang atau tindakan tidak memiliki status moral. Apa yang membuat tindakan sebagai  moral adalah kualitas perhatian/ pertimbangan yang yang memandunya. Kerapihan, kebersihan dan kejujuran sering dianggap sebagai moral. Tetapi yang menjadi masalahnya adalah alas an-alsan yang melatarbelakangi mengapa kita melakukannya. Yang penting pada dasarnya adalah niat, bukan pamer supaya mendapat pujian. Walaupun tindakan bukan sebuah kategori moral, tanpa kesempatan untuk bertindak dan merefleksikan tindakan akan menghambat terjadinya proses pengembangan moral. Yang penting bagi guru, pendidikan moral bukanlah menyejajarkan antara peneyesuaian moral dengan moralitas, namun yang terpenting adalah bagaimana membantu siswa untuk memiliki otonomi moral.

B. Model-Model Pembelajaran PKn SD


    Dengan memahami ketiga proses (caring, judging, dan acting) akan membantu pemahaman umum kita tentang perspektif masing-masing  model pendidikan moral. Model-model pembelajaran moral tersebut antara lain sebagai berikut:
a. rasional building, model pendekatan rasional memberikan perkembangan intelektual,          di balik program kurikulum dalam menganalisis isu-isu masyarakat.
b. consideration, yaitu memasukkan tiga bagian urutan proses materi yang disampaikan
c. value clarification, model pengungkapan nilai untuk mengetahui secara mendalam sikap dan niali siswa.
d. value analysis, model analisis nilai merupakan sebuah prosedur sistimatik dalam konflik nilai.
e. cognitive moral development, model pengembangan kognitif membentuk dasar dalam pengembangan moral
f. social action, yang merefleksikan teori dan praktek tentang program-program pendidikan yang berorientasi pada masyarakat yang ditujukan pada upaya membentuk keefektifan warga Negara.
Ke enam model ini dalam banyak hal memiliki hubungan yang kuat dengan ke delapan pendekatan sebagaimana diutarakan Doglas Superka (dalam Martorella, 1996). Itu berarti bahwa keduanya, baik pendekatan maupun model  dapat menjadi dasar bagi strategi pembelajaran PKn di Sekolah Dasar.
 

C. Metode Pembelajaran PKn SD


Metode merupakan salah satu komponen pembelajaran yang cukup berperanan selain komponen-komponen yang lain. Kegiatan pembelajaran yang berkualitas tentu akan mempertimbangkan penerapan metode-metode pembelajaran secara bervariasi sesuai dengan karakteristik materi pelajaran yang akan disampaikan.
    Penerapan variasi metode bisa menunjang kegiatan pembelajaran yang aktif dan inovatif serta menyenangkan karena tidak monoton dan menjemukan siswa.   Oleh karena itu, hendaknya guru mampu memilih dan menentukan metode pembelajaran yang paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Perlu disadari bahwa tidak ada satupun metode yang sempurna dan efektif serta  efisien untuk semua topik kajian. Masing-masing metode memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing, oleh karena itu dalam setiap proses pembelajaran IPS diperlukan penerapan  metode yang bervariasi.

    Macam-macam metode pembelajaran dalam IPS menurut Azis Wahab (1997: 186 ) antara lain sebagai berikut:
1. Metode ceramah
2. Metode Tanya jawab.
3. Metode diskusi
4. Metode pemecahan masalah (problem solving)
5. Metode simulasi
6. Metode bermain peran (role playing)
7. Metode sosio drama
8. Metode permainan (game)
9. Metode cerita
10. Metode karya wisata atau studi lapangan
11. Metode inkuiri
12.Metode penugasan 
13. Metode pameran (eksposisi)
14. Metode proyek

    Pemilihan dan penerapan metode pembelajaran perlu mempertimbangkan kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Sesuai dengan karakteristik bahan ajar yang akan disampaikan.
2. Ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai.
3. Sesuai dengan latar belakang dan kebutuhan siswa.

D. Media Pembelajaran PKn SD


Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik dan keunggulan masing-masing maka diharapkan guru dapat memilih dan menentukan macam-macam media sesuai dengan topik bahasan dan karakteristik materi pelajaran. Agar pemilihan dan penentuan media tersebut bisa efektif, maka perlu mempertimbangkan beberapa kriteria, antara lain:

1. Obyektifitas.
    Dalam  memilih media   perlu meminta  saran atau pendapat dari teman sejawat,  
    bukan berdasar kesenangan pribadi guru.   
2. Program pembelajaran
    Penentuan media bisa menunjang pencapaian tujuan program pembelajaran atau 
    sesuai dengan pokok bahasan yang akan disampaikan.
3. Sasaran program
     Sasaran program ini adalah siswa yang mengikuti proses pembelajaran, pada usia
     tertentu mereka memiliki kemampuan intelektual tertentu pula.
4. Situasi dan kondisi
     Situasi dan kondisi ini berkaitan dengan sarana dan prasarana sekolah atau kelas
     (ukuran ruangan, bangku, ventilasi dll ) dan situasi kondisi siswa ( jumlah siswa,
      motivasi, dll )
5. Kualitas teknik.
    Kualiats teknik ini berkaitan kualitas gambar, rekaman audio maupun visual suara, 
    atau alat Bantu lainnya.
6. Efektivitas dan efisiensi penggunaan.
    Keefektifan menyangkut penyerapan informasi yang optimal oleh siswa,   
    sedangkan efisiensi  berkaitan  dengan  pengeluaran  tenaga,  waktu dan biaya
    seberapa mampu mencapai tujuan yang optimal.

    Media pembelajaran memiliki ragam dan bentuk yang bermacam-macam, namun berdasarkan perkembangannya, media dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Media yang bersifat umum dan tradisional.
    Contohnya: papan tulis, buku teks, majalah, buku rujukan dll.
2. Media yang bersifat canggih.
    Contohnya: radio, TV, VCD, tape recorder, OHP, LCD, dll.
3. Media yang bersifat inovatif.
     Contohnya: komputer, internet, laptop, dll.

    Sedangkan jenis-jenis media pembelajaran yang bisa dimanfaatkan dalam PKn SD dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Alat pengajaran.
    Contohnya: papan tulis, papan pamer, mesin pengganda.
2. Media cetak.
    Contohnya: Buku, majalah, surat kabar, jurnal, bulletin, pamflet dll
3. Media visual.
    Contohnya: Transfaransi, slid, grafik, chart, model dan realia, gambar,foto, dll 
4. Media audio.
     Contohnya: Tape recorder, pita suara, piringan hitam,  dll
5. Media audio-visual
    Contohnya: Televisi, VCD, film suara.
6. Masyarakat sebagai sumber belajar.
    Contohnya: Nara sumber, tokoh masyarakat,  dinamika kehidupan dalam  masyarakat.

Berbagai ragam dan jenis media di atas  bisa dimanfaatkan dalam pembelajaran PKn,  sehingga guru bisa  berkreasi dalam memanfaatkan media pembelajaran agar mendorong siswa aktif, inovatif, dan kreatif agar efektif  dalam kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar selayaknya mengkondisikan siswa untuk berproses secara individual, ada interaksi sosial, kerja dalam kelompok, untuk membangun makna dan membentuk karakter serta perilaku dengan menyenangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Admin Blog :

Creator, Browser and Modelling :

1. SOELISTIJONO, S.Pd (Tata Usaha)

PENASEHAT :

1. Dra. SRI NINGSIH (Kepala Sekolah)
2. ATIK SUMIYATI, S.Pd (Bendahara)


ANGGOTA :

1. UMI ICHWATI, S.Pd.i (Guru Agama)
2. JUARSIH, S.Pd (Guru Kelas I)
3. SUYONO, S.Pd (Guru Kelas IV)
4. DJOKO SUSILO, S.pd (Guru Penjas Orkes)
5. SUNAJI, S.Pd (Guru Kelas V)
6. KRISMI INDARTI, S.Pd (Guru Kelas VI)
7. BETIN ISMIATI, S.Pd (Guru Kelas III)
8. SHOLAHUDDIN, S.S (Guru Bhs. Inggris)
9. ERWIN YANITA, S.Pd (Pembina Komputer)
10. INDAH MURNI. I, S.Si (Pengelola Perpustakaan)
11. Drs. SRIYANTO (Pembina Seni Tari)
12. DJOKO PRIJADI (Pembina Seni Musik)
13. ESTER NONI (Guru Agama Kristen)

General View :


Additional informatio

Link Referensi :

Pengikut