Rabu, 02 Mei 2012

KETRAMPILAN BERBAHASA DI SEKOLAH DASAR

AYO SEKOLAH !!!

1)    Keterampilan Menyimak di SD

Menyimak merupakan kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam bentuk reseptif lisan. Menyimak dapat diartikan sebagai aktivitas penggunaan alat pendengaran secara sengaja yang bertujuan untuk memperoleh pesan atau makna dari apa yang disimak. Keterampilan menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat krusial dalam menunjang keberhasilan belajar siswa.

Dalam KTSP SD dirumuskan standar kompetensi lulusan untuk keterampilan menyimak adalah memahami wacana lisan  berbentuk perintah, penjelasan, petunjuk, pesan, pengumuman, berita, deskripsi berbagai peristiwa dan benda di sekitar, serta karya sastra berbentuk dongeng, puisi, cerita, drama, pantun dan cerita rakyat. Standar kompetensi lulusan tersebut dicapai melalui serangkaian kegiatan pembelajaran keterampilan menyimak berdasarkan standar kompetensi mulai kelas I sampai dengan kelas VI. Untuk mencapai standar kompetensi minimal sebagaimana yang telah ditentukan dalam kurikulum, diperlukan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran sehingga pembelajaran keterampilan menyimak dapat dilaksanakan secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).

Pernahkah Saudara merancang secara khusus RPP untuk mengefektifkan dan meningkatkan keterampilan menyimak siswa? Jika pernah, berapa persentase RPP yang Saudara rancang untuk pembelajaran menyimak tersebut dibandingkan dengan tuntutan yang terdapat di dalam kurikulum? Coba diskusikan dengan peserta yang lain dalam kelompok Saudara.

Dalam pembelajaran menyimak, hal-hal yang penting diperhatikan guru antara lain:
a)    Upayakan kegiatan berbahasa yang dilakukan bersifat alamiah dan kontekstual.

b)    Pastikan pembelajaran menyimak dilakukan dalam bentuk aktivitas berbahasa reseptif lisan oleh siswa. Pembelajaran menyimak di SD ditujukan untuk melatih konsentrasi dan daya simak siswa, serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan menyimak siswa. Untuk itu, evaluasi menyimak upayakan dirancang oleh guru untuk mengetahui peningkatan konsentrasi dan efektivitas menyimaknya.

c)    Pastikan bahwa sebelum melakukan kegiatan penyimakan, siswa dalam keadaan siap fisik dan mental untuk melakukan penyimakan.

d)    Pastikan bahwa bunyi yang disimak siswa tidak banyak mendapat gangguan, baik yang bersifat kebahasaaan maupun nonkebahasaan. Upayakan semaksimal mungkin meminimalkan gangguan yang menyebabkan kurang efektifnya proses penyimakan yang dilakukan siswa.

e)    Untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman komprehensif, pembelajaran menyimak disarankan dilakukan secara terpadu dengan pembelajaran aspek keterampilan berbahasa yang lain, intra maupun antarmata pelajaran.

2)    Keterampilan Berbicara di SD

Berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam bentuk produktif lisan. Keterampilan berbicara merupakan modal dasar yang sangat penting bagi seorang pebelajar untuk melakukan kegiatan komunikasi lisan secara santun dan efektif. Kurang terampilnya seseorang dalam berbicara dapat menyebabkan kurang maksimalnya hubungan sosial yang dilakukannya. Pembawaan diri seseorang yang salah satunya tampak dari keterampilannya berbicara akan mempengaruhi hubungan komunikasi yang dilakukannya.

Pembelajaran keterampilan berbicara di SD bertujuan agar siswa dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi sesuai dengan konteks peristiwa tutur secara efektif dan santun. Pembelajaran keterampilan berbicara dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi yang bersifat produktif lisan secara efektif, baik yang dilakukan di luar kelas maupun di dalam kelas. Di luar kelas, siswa yang terampil berbicara tentunya akan lebih mudah berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang baik dan santun. Adapun di dalam kelas, keterampilan berbicara sangat penting dalam menunjang keberhasilan belajar siswa dalam mata pelajaran lain yang menuntut siswa untuk terampil melakukan diskusi, melaporkan, menceritakan kembali, menjelaskan, mendeskripsikan, dan menjawab pertanyaan guru, dan berbagai bentuk kegiatan berbicara lainnya. Tentu saja, keterampilan berbicara tidak hanya terkait dengan aspek berbahasa produktif lisan saja, namun siswa juga dituntut memiliki pengetahuan, pengalaman, dan wawasan yang luas yang mendukung kualitas pembicaraan yang dilakukannya.

Namun, seperti halnya pembelajaran keterampilan menyimak, pembelajaran keterampilan berbicara tampaknya belum mendapat tempat  untuk dirancang, dilaksanakan, dan dievaluasi secara layak oleh guru. Coba Saudara ingat kembali, berapa persentase yang Saudara lakukan dalam merancang pembelajaran untuk mengefektifkan dan meningkatkan keterampilan berbicara siswa? Pernahkah Saudara menyusun instrumen secara khusus untuk mengamati keterampilan berbicara siswa? Coba Saudara susun kembali rancangan instrumen untuk menilai keterampilan berbicara siswa dan bagaimana cara Anda menganalisis hasilnya, kemudian bandingkan dengan peserta yang lain dalam kelompok Saudara.

Dalam KTSP SD dirumuskan standar kompetensi lulusan untuk keterampilan berbicara adalah menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam kegiatan perkenalan, tegur sapa, percakapan sederhana, wawancara, percakapan telepon, diskusi, pidato, deskripsi peristiwa dan benda di sekitar, memberi petunjuk, deklamasi, cerita, pelaporan hasil pengamatan, pemahaman isi buku dan berbagai karya sastra untuk anak berbentuk dongeng,  pantun, drama, dan puisi. Standar kompetensi lulusan tersebut dicapai melalui serangkaian kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara berdasarkan standar kompetensi mulai kelas I sampai dengan kelas VI.

Dalam pembelajaran berbicara, hal-hal yang penting diperhatikan guru antara lain:
a) Upayakan kegiatan berbahasa yang dilakukan bersifat alamiah dan kontekstual.

b)  Pastikan pembelajaran berbicara dilakukan dalam bentuk aktivitas berbicara atau mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan (kegiatan berbahasa produktif lisan) oleh siswa.

c) Kegiatan berbicara mensyaratkan siswa untuk berani mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan. Sebelum penugasan kegiatan berbicara, pastikan bahwa siswa yang bersangkutan telah memiliki keberanian untuk berbicara. Jika belum, guru dapat melatih keberanian berbicara dulu melalui berbagai metode dan strategi pembelajaran. Coba diskusikan dengan teman di samping Saudara tentang metode dan strategi pembelajaran yang dapat dilakukan guru untuk membiasakan siswa berani berbicara.

d) Untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman komprehensif, pembelajaran berbicara disarankan dilakukan secara terpadu dengan pembelajaran aspek keterampilan berbahasa yang lain, intra maupun antarmata pelajaran.

3)    Keterampilan Membaca di SD

Ketika siswa masuk SD, siswa memperoleh pengalaman baru dalam kegiatan berbahasa yang berbeda dari  sebelumnya. Jika sebelumnya siswa selalu melakukan kegiatan berbahasa lisan, maka mulai memasuki jenjang pendidikan SD siswa mulai menuju kegiatan berbahasa tulis, yakni membaca dan menulis. Membaca merupakan kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam bentuk reseptif tulis. Membaca merupakan jendela untuk membuka cakrawala pengetahuan dunia. Oleh karena itu, keterampilan membaca merupakan modal dasar yang sangat krusial untuk menunjang keberhasilan belajar siswa. Kurang terampilnya siswa dalam membaca dapat menyebabkan terhambatnya siswa untuk mempelajari mata pelajaran lain. Bisakah Saudara bayangkan kerugian yang akan diderita siswa yang sulit mengakses berbagai pengetahuan sebagai dampak kekurangterampilannya dalam membaca. Sebaliknya, bisakah Saudara bayangkan pesatnya perkembangan siswa dalam mempelajari pengetahuan dan kemampuan di bidang apapun sebagai dampak tingginya keterampilan membaca. Untuk itu, guru sering memfokuskan sebagian besar pembelajaran yang dirancang dan dilakukannya pada pembelajaran membaca.

Dalam KTSP SD dirumuskan standar kompetensi lulusan untuk keterampilan membaca adalah menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami wacana berupa petunjuk, teks panjang, dan berbagai karya sastra untuk anak berbentuk puisi, dongeng, pantun, percakapan, cerita, dan drama.

Dalam pembelajaran membaca, hal-hal yang penting diperhatikan guru antara lain:

a) Upayakan pembelajaran membaca nyaring berakhir pada saat siswa memasuki kelas III semester 1. Jika membaca pemahaman  yang dilakukan secara membaca nyaring masih dilakukan ketika siswa sudah memasuki kelas III, maka akan dapat menghambat upaya peningkatan kemampuan dan keterampilan membaca lanjut. Hambatan dalam keterampilan membaca lanjut dapat berdampak pada terhambatnya siswa dalam mempelajari materi mata pelajaran lain. Membaca nyaring di kelas III ke atas dilakukan jika ada tujuan tertentu, misalnya membacakan puisi, membaca teks/naskah drama, atau membaca nyaring untuk tujuan mengecek pelafalan dan intonasi siswa.

b)    Perhatikan perkembangan keterampilan membaca siswa sesuai dengan standar kompetensi minimal dalam kurikulum, agar perkembangannya dapat berlangsung secara maksimal.

c)    Untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman komprehensif, pembelajaran membaca disarankan dilakukan secara terpadu dengan pembelajaran aspek keterampilan berbahasa yang lain, intra maupun antarmata pelajaran.

4)    Keterampilan Menulis di SD

Selain membaca, ketika memasuki jenjang pendidikan SD siswa mulai menuju kegiatan berbahasa tulis dalam bentuk menulis. Menulis merupakan kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam bentuk kegiatan produktif tulis. Menulis dapat diartikan sebagai kegiatan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk tulis. Selain keterampilan berbahasa yang lain, keterampilan menulis juga memegang peranan penting bagi keberhasilan belajar siswa.

Dalam KTSP SD dirumuskan standar kompetensi lulusan untuk keterampilan menulis adalah melakukan berbagai jenis kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karangan sederhana, petunjuk, surat, pengumuman, dialog, formulir, teks pidato, laporan, ringkasan, parafrase, serta berbagai karya sastra untuk anak berbentuk cerita, puisi, dan pantun.

Dalam pembelajaran menulis, hal-hal yang penting diperhatikan guru antara lain:
a)    Menulis merupakan bentuk keterampilan berbahasa tulis yang tidak bisa dilakukan secara instan. Untuk terampil menulis diperlukan proses yang panjang yang menuntut siswa untuk selalu menulis dan menulis. Dalam hal ini, guru dapat menyeimbangkan penggunaan pendekatan proses dan hasil, yang dalam pembelajarannya siswa tidak dituntut untuk menulis sekali jadi, namun melalui tahapan panjang, mulai dari tahap pramenulis, menulis draf pertama, merevisi, mengedit tulisan, sampai dengan mempublikasikan (keseimbangan antara proses dan hasil menulis).

b)    Untuk meningkatkan minat siswa dalam menulis, berilah mereka kesempatan memilih topik atau materi tulisan yang mereka sukai. Mengekang minat siswa dapat menjadi hambatan utama dan dapat menyebabkan minat siswa pupus di tengah jalan. Namun, kebebasan sepenuhnya bagi siswa sering menyebabkan kebingungan siswa untuk menentukan topik tulisan, terutama terjadi di kelas-kelas awal.

c)     Untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman komprehensif, pembelajaran membaca disarankan dilakukan secara terpadu dengan pembelajaran aspek keterampilan berbahasa yang lain, intra maupun antarmata pelajaran.

Salah satu kegiatan menulis yang perlu diperhatikan oleh guru adalah menulis wacana. Menulis wacana yang dilaksanakan di sekolah didasarkan pada jenis-jenis wacana yang dikenal oleh siswa. Jenis-jenis wacana itu adalah: (1) deskripsi, (2) narasi, (3) persuasi, (4) argumentasi, dan (5) eksposisi.

Para guru diharapkan mengetahui ciri-ciri wacana di atas. Oleh karena itu pada bagian ini akan dipaparkan mengenai ciri-ciri kebahasaan untuk setiap jenis wacana yang akan diajarkan.
Pertama, ciri kebahasaan wacana deskripsi. Tujuan wacana ini adalah melukiskan atau menggambarkan objek atau suasana secara detail dan rinci. Wacana deskripsi biasanya dimulai dengan orientasi atau pengenalan objek atau suasana untuk memberikan latar belakang informasi. Selanjutnya badan deskripsi adalah penggambaran detail objek dan suasana sehingga pembaca seakan-akan melihat atau merasakan objek yang digambarkan. Deskripsi banyak didominasi kata ganti, kata sifat, dan kata yang menunjukkan perasaan, serta kata keterangan. Contoh: laporan suatu kejadian, peristiwa, laporan terhadap objek.

Kedua, ciri kebahasaan wacana narasi. Tujuan wacana ini adalah menceritakan suatu cerita yang menghibur, memberikan informasi atau inspirasi. Wacana narasi dimulai dengan orientasi yang memperkenalkan setting (tempat peristiwa dan tokoh-tokoh) untuk memberikan latar belakang cerita. Badan narasi adalah suatu rangkaian peristiwa yang diselingi dengan komplikasi (masalah) disertai dengan subplot dan ketegangan sebagai pengembangan plot utama.  Narasi biasanya ditulis dengan sudut penceritaan (aku, kami, mereka, dia). Contoh: novel, cerpen, naskah drama, dsb.

Ketiga, ciri kebahasaan persuasi. Tujuan wacana ini adalah meyakinkan pembaca untuk bertindak dengan cara tertentu sesuai dengan pandangan penulis. Wacana persuasi dimulai dengan pernyataan posisi yang menyatakan pandangan penulis yang di dalamnya terdapat argumentasiyang dinyatakan secara emosional dan persuasif yang benar-benar mampu meyakinkan pembaca. Contoh: iklan, tajuk/editorial, pamflet, dsb.

Keempat, ciri kebahasaan wacana argumentasi. Tujuan wacana ini adalah meyakinkan pembaca untuk menyetujui pandangan penulis disertai dengan bukti-bukti yang memperkuat pernyataan tentang suatu tulisan. Wacana argumentasi dimulai dengan pernyataan yang logis disertai dengan fakta-fakta yang mendukung pernyataan tersebut. Wacana ini biasanya diakhiri dengan pengulangan pernyataan untuk mempertegas pandangan penulis.  Contoh: esai, artikel surat kabar, dan surat pembaca.
Kelima, ciri kebahasaan wacana eksposisi. Tujuan wacana ini adalah memberi informasi kepada pembaca supaya mereka memahami pandangan penulis atau pembaca. Wacana eksposisi berusaha memaparkan data, bukti, dan informasi lain yang mendukung pandangan penulis. Contoh: berita, tajuk, artikel surat kabar, dsb.
Kegiatan dalam kelas untuk setiap tahapan proses menulis dapat dirinci berdasarkan tahapan yang telah ada dan dapat diterapkan dalam pembelajaran yang konkret. Keterlibatan siswa dalam melaksanakan pembelajaran merupakan syarat mutlak dalam pembelajaran ini, karena akan memberikan gambaran mengenai pembelajaran PAKEM.

Pertama, kegiatan pramenulis diawali dengan mengeksplorasi pengalaman individu. Selanjutnya siswa dapat membaca berita atau teks yang berhubungan dengan yang akan ditulis. Kegiatan berikutnya adalah menyimak cerita yang dibacakan oleh guru. Curah pendapat untuk mendapatkan gagasan yang lebih kaya juga dapat dilakukan dan dilanjutkan dengan diskusi dalam kelompok.
Kedua, menuliskan draf pertama dilakukan dengan cara menuliskan dan mengembangkan semua gagasan secara bebas. Kemudian yang dilakukan adalah menggunakan apa yang telah direncanakan pada tahap pramenulis untuk membantu penulisan draf  pertama.

Ketiga, merevisi tulisan dilakukan oleh pengarang setelah karangan selesai. Karangan itu selanjutnya dibaca dua tiga kali. Selanjutnya meminta kepada orang lain membacanya dan meminta komentar atau melihat reaksi dari pembaca tersebut. Memutuskan perubahan yang dilakukan terhadap draf karangan dan melakukan perbaikan.

Keempat, menyunting tulisan merupakan tahapan selanjutnya. Dalam menyunting tulisan ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu mengenai teknik dan substansi tulisan. Teknik adalah hal-hal yang berhubungan dengan ejaan, sednagkan substansi berhubungan dengan isi tulisan tersebut. Membaca berulang-ulang hasil tulisan dan meyakini bahwa tulisan itu sudah tidak ada kesalahannya.
Kelima, memublikasikan tulisan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah melalui presentasi di depan kelas dan disaksikan oleh kelompok lainnya.

Tahapan pembelajaran tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan model-model pembelajaran aktif yang relevan dan telah disusun dalam RPP secara terencana dan sistematis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Admin Blog :

Creator, Browser and Modelling :

1. SOELISTIJONO, S.Pd (Tata Usaha)

PENASEHAT :

1. Dra. SRI NINGSIH (Kepala Sekolah)
2. ATIK SUMIYATI, S.Pd (Bendahara)


ANGGOTA :

1. UMI ICHWATI, S.Pd.i (Guru Agama)
2. JUARSIH, S.Pd (Guru Kelas I)
3. SUYONO, S.Pd (Guru Kelas IV)
4. DJOKO SUSILO, S.pd (Guru Penjas Orkes)
5. SUNAJI, S.Pd (Guru Kelas V)
6. KRISMI INDARTI, S.Pd (Guru Kelas VI)
7. BETIN ISMIATI, S.Pd (Guru Kelas III)
8. SHOLAHUDDIN, S.S (Guru Bhs. Inggris)
9. ERWIN YANITA, S.Pd (Pembina Komputer)
10. INDAH MURNI. I, S.Si (Pengelola Perpustakaan)
11. Drs. SRIYANTO (Pembina Seni Tari)
12. DJOKO PRIJADI (Pembina Seni Musik)
13. ESTER NONI (Guru Agama Kristen)

General View :


Additional informatio

Link Referensi :

Pengikut