Selasa, 08 Februari 2011

POLA ASUH DAN PERKEMBANGAN ANAK

Referensi :
Amy Chua mendadak terkenal ketika tulisannya yang berjudul Why Chinese Mothers Are Superior terbit di The Wall Street Journal pada 8 Januari 2011. Pro dan kontra bermunculan menanggapi tulisan tersebut.
Dalam artikel yang merupakan bagian dari buku berjudul Battle Hymn of the Tiger Mother, Amy menjelaskan bagaimana 'kesuksesannya' mendidik dua putrinya yaitu Sophia dan Louisa.

Pola pengasuhan yang diterapkan oleh Amy Chua bagi sebagian besar orang dianggap otoriter karena memaksa anak mengikuti apa yang diinginkannya misalnya dua putrinya itu tidak dibolehkan bermain, dilarang menonton tv atau bermain games di komputer, harus mendapatkan nilai A tidak boleh lebih rendah dan harus menempati posisi pertama untuk seluruh kegiatan sekolah kecuali senam dan drama.
Di dalam artikel itu dijelaskan juga perbedaan pola pengasuhan ibu-ibu di barat dan Asia khususnya China. Bagaimana, di negeri tirai bambu itu, orangtua dengan gampangnya mengeluarkan kata-kata kasar kepada anak-anaknya.
"Saya pernah dipanggil sampah oleh ayahnya. Bagiku, itu bukan berarti saya tidak bernilai tetapi kebalikannya saya harus terpacu untuk melakukan yang lebih baik lagi, dan kini hal yang sama juga saya terapkan kepada anak-anak saya," ujarnya seperti dituliskannya dalam artikel tersebut.
Amy Chua yang juga profesor di Yale Law School menganggap pola didikan tiger mom berhasil melahirkan anak-anak yang tidak mudah menyerah. Sebaliknya pola asuh barat membuat anak-anak cengeng karena orangtua terlalu peduli dengan apa yang dirasakan oleh anak  mereka hingga tak berani memaksa untuk menjadi yang lebih baik.
Pola pengasuhan tiger parenting itu mungkin masih diterapkan oleh sebagian besar orangtua di negeri ini tanpa memperhatikan kondisi anak. Lantas pola pengasuhan seperti apa yang ideal itu?
Tiap pasang orangtua pasti memiliki cara jitu mendidik anak-anaknya seperti yang dilakukan oleh pasangan Erwin Parengkuan dan Jana Gunawan.
Pasangan artis Mathias Muchus dan Mira Lesmana meniru pola asuh warisan orangtuanya, Jack dan Nien Lesmana dalam mendidik anaknya, Galih Galinggis (20) dan Kafka Kiandra (12).
Bersama suami, Mathias Muchus, Mira menerapkan prinsip keterbukaan dan pertemanan. Dia mencoba menjadi teman bagi kedua putranya. "Kami membiasakan berdiskusi karena anak-anak punya hak untuk bersuara. Mereka diperbolehkan berdebat jika ada yang tidak disepakati. Kalau saya menang debat, mereka harus menurut. Jika saya yang kalah, mereka harus punya alasan kuat," jelas Mira.
Mira mengakui dirinya bukan tipe orang tua yang strict dan jarang sekali mengucapkan "tidak boleh" serta memilih berdebat dengan anak-anak. Ketika anak-anak semakin besar, Mira dan Muchus mengendorkan batasan-batasan yang berlaku.
Mira berpendapat setiap keluarga punya ukuran ideal yang berbeda-beda dalam mengasuh anak. Bagi Mira dan Muchus, pola asuh ideal adalah yang mereka terapkan sekarang, yaitu tidak pernah memaksakan apapun kepada anak-anak. Jangan sampai membuat anak tertekan karena keinginan orang tua, bukan keinginan mereka.
Jika pasangan Mira Lesmana dan Mathias Muchus cenderung mengikuti keinginan anak, Pongky Jikustik dan Sophie Navita sejak awal sepakat untuk menerapkan disiplin sejak dini dan memberikan pendidikan terbaik.
Pendidikan terbaik yang diberikan kepada anak tidak membuatnya menuntut si anak selalu menjadi juara kelas. Poin terpenting adalah ilmu yang diperoleh si anak terus berkembang dan seimbang.

Pola pengasuhan ideal
Pola pengasuhan orangtua sangat menentukan perkembangan anak. Hal tersebut diungkapkan oleh psikolog keluarga Anna Surti Ariani. Dia menjelaskan setiap orangtua pasti ingin memiliki ikatan emosional yang kuat dengan buah hatinya, oleh sebab itu orangtua selalu berusaha untuk mengembangkan gaya pengasuhan anak yang tentunya sesuai dengan nilai-nilai yang mereka anut.
Anna Surti Ariani yang akab disapa Nani ini menjelaskan ada empat macam pola asuh orangtua yang dapat diterapkan kepada anaknya, keempat macam pola tersebut dirujuk berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Diana Baumrind yaitu: otoriter, permisif, penelantar dan demokratis, yang masing-masing jenis pola asuh tersebut memiliki cara berbeda dalam mengasuh anaknya.
Untuk pola asuh keluarga secara otoriter cenderung memiliki banyak peraturan dan umumnya orangtua sangat membatasi anak-anak mereka dalam segala hal.
"Jadi orang tua banyak aturan yang bersifat memaksa serta larangan-larangan yang cenderung negatif atau bahkan yang bersifat positif pun dibatasi, pokoknya sesuai apa keinginan si orang tua" tuturnya.
Dalam pola asuh seperti ini, komunikasi yang terjadi hanyalah komunikasi satu arah, yaitu dari orang tua pada anak, sedangkan si anak tidak diperkenankan bicara atau mengeluarkan pendapat.
Pola asuh ini sangat tidak efektif dan cenderung berdampak negatif untuk tumbuh kembang anak. Akibat dari pola asuh seperti ini adalah anak menjadi tidak bebas, mudah stres, pemurung dan tidak bersahabat.
Pola itu akan lebih berisiko ketika anak memiliki karakter yang pembangkang maka bukan tidak mungkin  ia akan menjadi pemberontak dan puncaknya si anak akan memiliki kepribadian yang negatif.
Lanjutnya, untuk tipe pola asuh keluarga permisif atau yang lebih dikenal dengan tipe liberal ini justru berbanding terbalik dengan pola asuh otoritarian, hal tersebut karena tipe anak-anak diberi kebebasan untuk melakukan apa saja dan orangtua hampir tidak melakukan pengawasan terhadap mereka.
Pola asuh ini lebih menekankan pada keinginan dan kehendak si anak yang harus dituruti oleh orangtua. "Untuk tipe pengasuhan seperti ini jelas tidak terlalu baik untuk membentuk pribadi seorang anak, karena anak umumnya masih sangat labil dan butuh tuntunan orang tua. Bila terlalu dibebaskan, mereka akan tumbuh menjadi anak manja, tidak suka bekerja keras, dan tidak akan sukses di tengah-tengah masyarakat karena terlalu tergantung dengan orangtuanya" terangnya.
Demikian pula untuk pola asuh jenis penelantar, pola asuh jenis ini cenderung lebih membahayakan daripada tipe permisif. Nina menekankan untuk tipe penelantar tersebut cenderung dianut oleh para orangtua yang memiliki kesibukan ekstra.
Dampak dari pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, dan bermasalah dengan teman.
Nina menegaskan untuk pola pengasuhan yang ideal adalah tipe pengasuhan demokratis. Pola asuh keluarga secara demokratis agak lebih longgar dari otoriter, dan ini sangat bagus untuk membentuk pribadi seorang anak agar tumbuh menjadi orang yang baik.
Nina mengungkapkan jenis pola asuh ini sangat memperhatikan kepentingan atau kebutuhan si anak. "Mereka diberi kebebasan  tapi tidak bersifat mutlak, peran orang tua masih sangat tinggi sehingga anak-anak pun tidak akan kebablasan dalam bertindak" tuturnya.
Tidak seperti tipe otoriter, komunikasi yang terjadi adalah komunikasi dua arah. Hal ini menyebabkan tidak terjadinya kesalah pahaman antara orang tua dan anak. Anak mengerti apa keinginan orang tua, orang tua pun mengerti tentang sejauh mana kebutuhan dan kemampuan anaknya.
Untuk pola asuh demokratis tersebut akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru, dan koperatif terhadap orang-orang lain.

Tulisan Asli by Rahayuningsih
Sumber : Click Here

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Admin Blog :

Creator, Browser and Modelling :

1. SOELISTIJONO, S.Pd (Tata Usaha)

PENASEHAT :

1. Dra. SRI NINGSIH (Kepala Sekolah)
2. ATIK SUMIYATI, S.Pd (Bendahara)


ANGGOTA :

1. UMI ICHWATI, S.Pd.i (Guru Agama)
2. JUARSIH, S.Pd (Guru Kelas I)
3. SUYONO, S.Pd (Guru Kelas IV)
4. DJOKO SUSILO, S.pd (Guru Penjas Orkes)
5. SUNAJI, S.Pd (Guru Kelas V)
6. KRISMI INDARTI, S.Pd (Guru Kelas VI)
7. BETIN ISMIATI, S.Pd (Guru Kelas III)
8. SHOLAHUDDIN, S.S (Guru Bhs. Inggris)
9. ERWIN YANITA, S.Pd (Pembina Komputer)
10. INDAH MURNI. I, S.Si (Pengelola Perpustakaan)
11. Drs. SRIYANTO (Pembina Seni Tari)
12. DJOKO PRIJADI (Pembina Seni Musik)
13. ESTER NONI (Guru Agama Kristen)

General View :


Additional informatio

Link Referensi :

Pengikut